Selasa, 28 Februari 2017

A blackbird and Tiddles






One morning, Wilton heard a loud bang. A blackbird had crashed into a glass panel on his patio. It’d fallen to the seat beneath the window, where it lay stunned. Just that fast, Tiddles, his cat, was at the scene. Yet she did not pounce on this blackbird but watched Wilton trying to get it to drink water from a saucer, though without success. ~~
Suatu pagi, Wilton mendengar suara yang keras. Seekor burung hitam telah menabrak panel kaca di terasnya. Burung itu terjatuh di tempat duduk di bawah jendela, di mana dia berbaring tertegun. Secepatnya, Tiddles, kucing betinanya, ada di tempat kejadian. Dia tidak menerkam burung itu tetapi melihat Wilton mencoba memberikan burung itu minum air dari sebuah lepekan, walaupun tidak berhasil.



~~ Wilton went inside to get a dropper. ~~
Wilton masuk ke dalam untuk mengambil alat penetes.
~~ When he returned, an amazing sight greeted his eyes. Tiddles was feeding water to the bird. Her method was inspired. ~~
Ketika dia kembali, sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan menyapa matanya. Tiddles sedang memberikan minum kepada burung itu. Metodenya sangat menginspirasi.
~~ She’d put her head in the saucer and would lap twice. Then she’d put her dripping mouth to the blackbird’s beak, licking it with her tongue. Slowly the bird began to revive. Tiddles watched over it for nearly an hour, at which time it’d gathered its strength and could fly to a low fence. Then it rejoined its mate in a tree, where they’d nested the summer long. It was an amazing sight, indeed. ~~
Kucing itu meletakkan kepalanya di dalam lepekan dan menjilatnya dua kali. Lalu dia meletakkan mulutnya yang menetes ke paruh burung itu, menjilatnya dengan lidahnya. Perlahan burung itu mulai sadar kembali. Tiddles mengawasinya selama hampir satu jam, yang pada waktunya burung itu mengumpulkan kekuatannya dan bisa terbang menuju pagar yang rendah. Lalu dia bergabung dengan pasangannya di sebuah pohon, di mana mereka bersarang selama musim panas. Itu adalah sebuah pemandangan yang luar biasa, sungguh.
Diambil dari buku :
The Living Word, Book 2 by Harji